Senin, 09 Januari 2017

kumpulan

TANTE IDA
Selama aku berada dirumah om ku ini, hampir setiap hari tante Ida mengomel saja, karena dia memang sangat benci kalau aku menginap dirumah mereka. Disamping aku memang termasuk anak yang bandel, biarpun secara postur tubuh, aku sudah kelihatan sangat dewasa, karena tinggi badanku 175 cm dengan tubuh yang berotot, tante Ida curiga saja dan menganggap aku sering menerima duit dari om ku, pada hal sangat jarang om ku memberi aku duit. Saat ini aku nginap di rumah mereka, sebenarnya hanya terpaksa saja, karena aku sedang berlibur di Bandung dan ibuku memberitahukan kepada om ku yang memaksa aku tinggal dirumahnya. Hari ini entah mengapa aku merasa suntuk banget sendirian, kemarin sore sebelum om ku pulang dari kantor, tante Ida marah-marah dan menunjukan muka cemberut terhadap saya. Saat itu rumah berada dalam keadaan sepi, om sudah pergi kekantor, Mbak Ani adik tante Ida sedang pergi kuliah, Bik Suti lagi pergi ke pasar, dan tante Ida katanya mau pergi ke arisan. Tadi sebelum pergi dengan nada yang setengah membentak, tante Ida menyuruh saya menjaga rumah. “Dari pada BT sendiri, mending nonton BF aja di kamar,” pikirku. TV mulai kunyalakan, kuambil CD porno yang kemarin kupinjam ditempat persewahan dekat rumah, adegan-adegan panas nampak di layar. Mendengar desahan-desahan artis BF yang cantik dan bahenol tersebut membuat aku terangsang. Dengan lincahnya tanganku melucuti celana beserta CD-ku sendiri. Burungku yang sedari tadi tegak mengacung kukocok perlahan. Film yang kutonton itu cukup panas, sehingga aku menjadi semakin bergairah. Kutanggalkan pakaian yang masih melekat, akhirnya tubuhku tanpa ada penutup sekalipun. Kocokan tanganku semakin cepat seiring dengan makin panasnya adegan yang kutonton. Kurasakan ada getaran dalam penisku yang ingin meyeruak keluar. Aku mau orgasme, tiba-tiba… “Anton.. apa yang kamu lakukan!!” teriak sebuah suara yang aku kenal. “Ooooohh… Tante…?!” aku kaget setengah mati dan sangat bingung sekali saat itu. Tak kusangka tante Ida yang katanya mau pergi arisan bisa kembali secepat itu. Tanpa sadar aku bangkit berdiri dan kudekati tante Ida yang cantik tapi judes itu, yang masih berdiri dalam keadaan kaget dengan mata membelalak melihat keadaanku yang telanjang bulat dengan penisku yang panjang dan besar dalam keadaan tegang itu. Tiba-tiba entah setan mana yang mendorongku, secara refleks saja aku menyergap dan mendekap tubuh tante Ida yang mungil padat itu. Badannya yang mungil dan tingginya yang hanya sampai sebahu dari ku, ku bekap dengan kuat dan kutarik agak keatas, sehingga tante Ida hanya berdiri dengan ujung jari kakinya saja dengan kepala agak tertengadah keatas, karena kaget. Dengan cepat kucium dan kulumat bibir tipisnya yang seksi. “Eeeehhhh… ppppffffff…!!! badan tante Ida seketikamengejang dan agak menggeliat menerima perlakuan yang tidak pernah diasangka akan berani aku lakukan itu dan sesaat kemudian dia mulaimemberontak dengan hebat, sehingga ciumanku terlepas…. “Anton.. jangan kurang ajar.. berani benar kau ini.. ingat, Toonnn.. Aku ini istri om mu…!!! Cepat lepas… nanti kulaporkan kau ke om mu…” teriak tante Ida dengan suara garang mencoba mengancamku. Aku tak lagi peduli, salah tante Ida sendiri sih, orang mau orgasme kok diganggu. Dengan buasnya aku jilat belakang telinga dan tengkuknya, kedua payudaranya yang biarpun tidak terlalu besar, tapi padat itu langsung kuramas-ramas dengan buas, sampai tante Ida menjerit-jerit. Disamping nafsuku yang memang sudah menggila itu, ada juga rasa ingin balas dendam dan mau mengajar adat padanya atas perlakuan dan pandangannya yang sangat menghina padaku. Dia mencoba berteriak, tapi dengan cepat aku segera menciumnya lagi. Ada kali 10 menit aku melakukan hal itu, sementara tante Ida terus meronta-ronta, dan mengancamku serta mencaci maki, entah apa saja yang dikatakannya, aku sudah tidak memperdulikannya lagi. Aku terus menyerangnya dengan buas dan mengelus-elus dan meramas-ramas seluruh tubuhnya sambil terus mencium mulutnya dengan rakus. Dia tidak dapat melepaskan diri dari dekapanku, karena memang tubuhku yang tinggi 175 cm dengan badan yang atletis dan berotot, tidak sebanding dengan tubuh tante Ida yang 155 cm dan mungil itu. Akibat seranganku yang bertubi-tubi itu, lama kelamaan kurasakan tidak ada lagi perlawanan dari tante Ida, entah karena dia sudah lelah atau mungkin dia mulai terangsang juga. Merasa sudah tidak ada perlawanan lagi dari tante Ida, penisku yang panjang dan besar yang sudah sangat tegang itu kugosok-gosok pada perutnya dan kemudian kuraih tangannya yang mungil dan kuelus-elus ke penisku, tangan mungilnya kugosok-gosok, mengocok penisku yang mulai mengeras. Tubuhnya terasa mengejang, akan tetapi kedua matanya masih terpejam, dan tidak ada perlawanan darinya. Kemudian ketika dengan perlahan kubuka baju tante Ida, dia dengan lemah masih mencoba menahan tanganku, akan tetapi tanganku yang satu mengunci kedua tangannya dan tanganku yang lain membuka satu demi satu kancing-kancing blusnya, dan perlahan-lahan mempertontonkan keindahan tubuh di balik kain itu. Setelah berhasil membuka blus dan BH-nya, kuturunkan ciumanku menuju ke payudara tante Ida yang padat berisi… “Tooonnnn… aaammmpuunn… Toonnnnn… iiii.. iiingaaattttt.. Tooonnn..!!!” Kucium dan kulumat putingnya yang berwarna kecoklatan itu. Terkadang kugigit dan kupuntir putingnya, sementara kusingkap roknya dan jari-jariku mulai mengelus-elus kemaluannya yang masih tertutup CD. “Iiiiiiiiii…..ooohhhhhhh…..aaaagggghhhhhhh……..ssssshhhhhhh……..Toooonnnnn……! !!!!” akibat perlakuanku itu,kayaknya tante Ida mulai terangsang juga, itu terasa dari tubuhnya yangmengejang kaku dan dengusan nafasnya makin terdengar kuat. Aku makinmemperhebat seranganku dan tiba-tiba tubuh tante Ida bergetar dengankuat dan…….. “Aaaahhhhhh..Toooonnnn…jaaa..jaaaangaaannn….Tooonnnn……iiii…ngaaaatttt..Tooo nnn…oooohhhhhhh…………aaaaaggggghhh…aaaaggghhh .aaaaggggggggghhhhh…!!!!!”akhirnya, disertai tubuhnya yang mengejang dan menggeliat-geliat kuat,serta kedua tangannya mendekap punggung ku….Seerrr.. cairan kewanitaantante Ida membasahi CD nya sekalian jemariku. Setelah masa orgasmenya berlalu, terasa badan tante Ida melemas terkulai dalam dekapanku dan kedua matanya masih terpejam rapat, entah perasaan apa yang sedang bergelora dalam tubuhnya, puas, malu atau putus asa akibat perlakuanku terhadap nya , sehingga dia mencapai orgasme itu. Tarikan nafasnya masih terengah-engah. Kami terdiam sejenak, sementara tubuh tante Ida bersandar lemas dalam dekapanku dengan mata. Jemari lentik tante Ida masih menggenggam penisku yang masih tegak mengacung. Akhirnya secara perlahan-lahan kepala tante Ida menengadah keatas dan terlihat pandangan matanya yang sayu menatapku, sehingga menambah kecantikan wajahnya dan secara lembut terdengar suaranya… “Oooohhhh….Toonnnn, apa yang kau perbuat pada tantemu ini…….?????” “Eeeehhmmm…maafkan Anton tante….Anton lupa diri….abis tante tadi masuktiba-tiba selagi Anton akan mencapai klimaks….salah tante sendirisihhh…….lagi pula…tante amat cantik sihhh…..!!!!!!” sahutku mencari-carialasan sekenanya. Sekarang kayaknya tante Ida sudah pasrah dan sambil tanganya masihmenggenggam penisku katanya lagi.. “Tooonnnn…..punya kamu gede amat yaaaa…????. Punya Om mu nggak sampaisegede ini..!!” “Aaahhhhh, tante…apa betull…?????!” memang penis ku panjangnya 20cm dan gede juga dengan kepalanya yang bulat besar, apalagi kalau lagisangat bernafsu begini. Jemari lentik tante Ida yang tadinya hanya menggenggam saja, kini mulaimemainkan penisku dengan manja. Seperti mendapat mainan baru, tangantante Ida tak mau lepas dari situ. “Taaannnnn…., kok diiiii…..dii…diamin aja, dikocok dong, Taannn…. biarenaaakkk….!!!!” “Ton, Ton.. kamu keburu nafsu aja….aaaaggghhh….!!!”, perlahan-lahan keduatanganku menekan bahu tante Ida, sehingga tubuh tante Ida berjongkok dansesaat kemudian kepalanya telah sejajar dengan selangkanganku. Keduatangannya segera menggenggam penisku dan kemudian tante Ida mulaimenjilati kepala penisku dengan lidahnya. Bergetar seluruh tubuhkumenerima rangsang dari mulut tante Ida. Dijilatnya seluruh batangkemaluanku, mulai dari pangkal sampai ujung. Tak ada bagian yangterlewat dari sapuan lidahnya. Dikocoknya penisku didalam mulutnya, tapi tak semuanya bisa masuk.Mungkin hanya 3/4 nya saja yang dapat masuk ke mulut tante Ida. Kurasakandinding tenggorokan tante Ida menyentuh kepala penisku. Sungguh sensasisangat luar biasa menjalar ke seluruh tubuhku. Cukup lama juga tante Idamengulum penisku. Kurasakan batang penisku mulai membesar dan makinmengeras. Dari dalam kurasakan ada sesuatu yang memaksa untuk keluar.Merasa aku akan keluar, tante Ida semakin cepat mengocok batang kemaluanku. “Taaannnnn..ah..aohh.. taaannn.. Anton mokeluar,…….aaauuugghhhh…..taaannnn..!!!!!!!” Akhirnya..Croott..croott..croottt.. Hampir sepuluh kali cairan itumenyembur dari ujung penisku. Diminumnya air maniku dengan, dijilatinyasemua, sampai tak ada lagi cairan yang tersisa. Meskipun sudah keluartetapi penisku tetap saja masih tegar, meski tak seberapa keras lagi.Melihat itu, tante Ida mencium-cium kepala penisku dan menjilat-jilatnyahingga bersih. Kemudian kutarik berdiri tubuh tante Ida dan kudorong ke tempat tidur,sehingga tante Ida terlentang diatas tempat tidur. Dengan cepat kulucutirok sekalian CD nya, sehingga sekarang tante Ida terlentang diatastempat tidur dengan tubuhnya yang mungil tapi padat itu berada dalamkeadaan telanjang bulat. Tante Ida hanya menatap ku dengan pandanganyang sayu dan terlihat pasrah. Aku naik keatas tempat tidur dan kedua kakinya kupentang lebar-lebar danaku berjongkok diantara kedua pahanya yang terpentang membuka lebarkemaluannya yang telah licin, siap untuk diterobos. Kupegang batang penisku dan kugosok-gosok sepanjang bibir kemaluannya,sambil kutekan-tekan pelahan. Merasakan gesekan-gesekan lembut vaginatante Ida, penisku mulai mengeras kembali. Ku ambil tangan tante Ida danku tempatkan pada batang penisku, segera digengamnya penisku dandiarahkan ke lubang kemaluannya. Dengan sedikit gerakan menekan, kepalapenisku perlahan-lahan mulai masuk setengah ke lobang kemaluan tante Ida. Terasa lobang kemaluan tante Ida sangat sempit mencengkeram batangkemaluanku. Dinding kemaluan tante membungkus rapat batang kemaluanku,kutekan lagi dan tubuh tante Ida menggeliat… “Oooooohhhhhh… Toooonnnn… bee.. beeeesaaarrrraaaaa.. maaaattttt.. pe.. peeelaaan… pee laaan… Tooooonnnnn… ooooohhhhh..!!!!!” tante Ida merintih perlahan. Secara pelan dan hati-hati aku menekan batang kemaluanku makin dalam… terus… terus…. ooohhhhhh… eeeenna aaak… benaaarrrr… terasa jepitan kuat dinding kemaluan tante Ida yang menjepit rapat batang kemaluanku. Perasaanku terasa melayang-layang dilanda kenikmatan yang tidak terlukisakan ini….. “Taaaaannnnn……ooohhhhhh…..eeee euuuuunnaaaakkkkkkkk…taannnnn….!!!!” Dengan kedua paha yang terkangkang lebar-lebar dan kedua tangannya berpegang pada pinggangku, tante Ida memandang ku dengan tatapan sayu, terlihat sangat cantik dan menawan, sehingga aku yang sedang bertumpu diatasnya perasaanku terasa menggila, melihat dan merasakan wanita cantik dan ayu yang berbadan mungil tapi padat ini, terlentang pasrah dibawahku, menerima seluruh perlakuanku. Kugerakan perlahan-lahan pinggulku menekan kebawah, sehingga peniskuterbenam makin dalam kelobang kemaluannya, dalam….. dalam….. terus……terus….. daannnn….. ….kemudian……ujung kepala penisku terasa mentok,karena beberapa kali tubuh tante Ida mengejang ketika aku mencobamenekan lebih kuat, aku kemudian mulai menarik keluar dan selanjutnyamemompa keluar masuk. Dengan bersemangat aku mulai menaik-turunkan tubuhku. Gerakan naik-turunyang terkadang diselingi dengan gerakan memutar, sungguh merupakansensasi yang sangat luar biasa. Apalagi posisi kedua paha tante Idaterkangkang lebar-lebar, membuat tikaman-tikamanku terasa jauh didalamdasar lobang kemaluannya. Aku dapat melihat payudara tante Idabergerak-gerak keatas kebawah setiap kali aku menekan masuk peniskudalam-dalam sehingga kedua selangkangan kami berhimpit rapat-rapat. Kemudian kurasakan otot-otot kemaluan tante Ida dengan kuat menyedotpenisku. Semakin lama kurasa semakin kuat saja kemaluan tante Ida menjepit penisku. Kulihat wajah tante Ida nampak makin memerah menahan orgasme keduanya yang akan melandanya sebentar lagi. “Aaaaaaddduuuuuhhhhh….Toooonnn.. Aaaagggghhhhhh.. Oouggg..hhaa..hhaa…Toooonn …taaannnn…teeeee…maaa…. Maaauuuu…keee…keeeeluaraarrrr lagi, Toonnnnn…!!!!!!!.” Dan….. Seeeeerrrr…..kurasakan cairan hangat membasahi penisku. Sementara nafsuku sudah sangat memuncak menuntut penyelesaiannya, aku sudah tidak bisa lagi bertindak halus, tanpa banyak bicara, segera saja kupompa pantatku dengan cepat dan gencar, mendapat serangan yang agak kasar dan tiba-tiba itu tante Ida menjerit-jerit kesakitan. Meskipun lobang kemaluan tante Ida telah basah dan licin banget, tapi tetap saja terasa seret untuk ukuran penisku yang besar. Tak kuhiraukan lagi suara tante Ida yang menjerit-jerit kesakitan, yangada dipikiranku saat itu adalah aku ingin segera mengakhiri permainanini dan merasakan nikmat yang akan datang padaku. Kurasakan otot-ototpenisku mulai berdenyut-denyut dengan kerasnya, ada sesuatu yangberusaha untuk keluar dari batang penisku. Kucoba untuk menahannyaselama mungkin agar tidak segera keluar, tapi jepitan dinding kemaluantante Ida akhirnya meruntuhkan pertahananku.“Aaaaaauuddddduuhhhh… taaannnnnn… teeeee… oooooohhhhh…..!!!!” keluhan panjang penuh kenikmatan keluar dari mulut ku disertai dengan…croott.. croott….croooootttt….semburan..maniku menyemprot dengan kuat,mengisi relung-relung terdalam lobang kemaluan tante Ida, kemudianbadanku tertelungkup lemas menidih badan mungi tante Ida, sementarakuubiarkan penisku tetapsisa-sisa orgasmeku. Kurasakan kemaluan tante Ida tetap sajaberdenyur-denyut, meski tak sekuat tadi. “Taannnn, terima kasih ya, udah mau temenin Anton main.!!!!” kataku dengan manja. “Kamu, tuh, Ton, kalau lagi nafsu jangan main maksa dong, masak tantemu sendiri kamu perkosa juga…..!!!!” “Iiihhhhh…tante…..tapi tante senang juga….kaannnn …..????” “Iya.. siiihhh….!!!!!” kata tante Ida malu-malu. Sejak saat itu sikap tante Ida terhadapku berobah seratus persen, biarpun sikap kami ini tetap terjaga dihadapan om dan adik tante Ida. Aku dan tante Ida sering berhubungan sex bersama kalau rumah lagi sepi. Aku makin merasa sayang saja terhadap tante Ida, apalagi tante Ida melayani nafsu sex saya dengan rela dan sepenuh hati.
Esoknya Aku Pergi Kebandung untuk berlibur ditempat Tante IDA
 
TANTE WIN 
Sejak aku SMA aku sulit sekali dibangunkan pagi-pagi, apalagi sekolahku selama kelas 1 dan kelas 2 selalu siang hari. Ini pula yang menjadi kebiasaanku sewaktu mulai kuliah. Waktu aku menginjak kota Bandung pertama kali, udara dingin kota itu benar-benar membuatku masih terbuai mimpi meski sudah terang. Aku kuliah di salah satu PTS yang hampir semua kegiatannya di waktu sore hari, sehingga bagiku hidup dengan tertidur lelap di pagi hari cerah merupakan kebiasaan. Kawan-kawan satu kost-ku biasanya sudah sunyi waktu aku bangun untuk sarapan dan mandi, tapi kebiasaanku adalah sarapan sambil nonton TV, baru mandi.
Tante kost-ku termasuk yang baik, tak jarang untukku sengaja disiapkannya secangkir kopi atau kue untuk sarapan, atau semangkuk mie rebus hangat. Aku disayangnya, karena bila pagi hari rumah kost itu kosong dan akulah yang menemaninya mengurus segala sesuatu, menyapu, masak, atau apa saja. Walau aku suka tidur ngelantur, tapi aku termasuk anak yang rajin kerja di rumah. Tante ini masih muda, tetapi sudah janda. Ia hanya punya satu orang anak dan sudah bekerja di Sumatera. Praktis, ia hanya seorang diri di rumah. Namun kecantikannya tetap ia pelihara, sehingga di usianya yang mendekati kepala lima ia masih tetap cantik dan kencang.
 
Suatu hari aku nonton film biru pinjaman dari kawanku. Di rumah rupanya seperti biasa hanya aku saja lagi yang merupakan penghuninya. Aku ke kamar kecil sebentar, lalu memutar film itu di VCD komputerku. Karena asyiknya, melihat adegan yang panas aku tidak tahan, aku melucuti satu-satu pakaianku, tinggal CD-ku saja yang bertahan, itupun cuma sebentar, lalu kupelorotkan hingga ke paha. Aku merasa penisku menghentak-hentak minta dikeluarkan. Aku nonton dengan mata setengah membuka, sambil berbaring kuelus-elus penisku yang makin tegak. Gerakan tanganku sudah menjadi cepat, ah… aku nggak tahan lagi, lalu aku kocok terus dan terus, kugigit selimut untuk menahan jeritan nikmat yang benar-benar menyelimuti pagi yang indah itu. Sesaat kemudian nafasku mendengus sambil menyemprotkan mani ke dadaku.
“Ah… hmmm… ah…” aku merasa tubuhku ringan, lalu aku merasa ngantuk dan terlelap.
Tiba-tiba aku merasa pahaku dielus orang. Aku tersentak kaget. Ah, ternyata tante sudah ada di dalam kamarku. Ia menggunakan gaun putih yang tipis dan longgar. Kuhirup bau segar parfumnya yang menawan. Aku buru-buru bangkit menarik CD yang kupelorotkan, air maniku meleleh ke sprei, nggak kupedulikan. Tante kemudian menatap mataku, tampak bergelora api nafsu yang menggelegak di balik pandangannya itu.
Tangannya meraih tanganku, “Raf, Tante minta maaf masuk kamarmu tanpa mengetuk, abis tadi Tante lihat pintu kamarmu nggak dikunci. Tante bawa sarapan, tapi, Tante lihat kamu lelap kayak gitu,” katanya sambil mengelus pahaku kembali.
Aku salah tingkah. Matanya melirik VCD-ku yang ternyata masih memainkan film “laga” itu. Adegan demi adegan diawasinya, sambil tangannya meremas bahuku. Dielusnya tanganku sambil menarikku duduk di kasur. Kurasakan getaran halus lewat jari-jarinya, menahan gelora nafsunya yang membahana. Aku mulai aktif dan terbakar suasana. Kupeluk ia dari belakang, lalu kuhembuskan nafasku ke tengkuknya. Ia menggeliat dan menjadi lebih beringas.
Tubuhnya berbalik. Dibalasnya hembusan nafasku dengan ciuman lembut. Kedua tangannya dengan liar menelusuri pinggulku, perutku, lalu puting susu di dadaku.
“Raf, beri Tante… Tante mau…” katanya penuh harap.
Ia kemudian menarik CD-ku sampai tuntas, lalu dengan lembut mengelus rambut kemaluanku, penisku yang masih terkulai lemas diremasnya dengan lembut pula. Aku menggelinjang kegelian, tapi tangan tante lebih dahulu menekan tanganku, seakan isyarat agar aku menurut.
Aku memejamkan mata. Nafasku bergemuruh, kemudian tubuh kami terhempas di kasur. Tante kemudian mengulum zakarku, sambil sesekali mencium penisku. Aku hanya dapat menahan nafas, sambil mengerang penuh nikmat. Kemudian lidahnya dengan liar menjilat penisku yang sudah tegak, sambil sesekali mengulum dan menyedotnya penuh gairah. Aku benar-benar sudah siap laga, ketika ia kemudian merebahkan tubuhnya di sampingku. Aku maklum.
Kubuka gaunnya yang longgar, kemudian BH dan CD-nya. Tante dan aku sudah sama-sama bugil. Aku mengambil posisi di atas, untuk memulainya. Pelan kupeluk badannya, lalu kubelai rambutnya yang mulai beruban itu. Kucium leher dan kupingnya, ia menggelinjang kegelian. Nampak, bulu lengannya merebak menahan rasa itu, tapi mulutnya hanya mengerang. Lalu, bagian leher bawahnya kujilat lembut, sambil sesekali jenggotku yang habis dicukur kemarin kugesekkan. Badan tante kemudian menggeliat lebih liar, sambil mendesahkan kata-kata yang tidak jelas.
Aksiku kulanjutkan dengan memainkan puting susunya yang menegang, sambil kujilat dan kuhisap perlahan.
“Ayo Raf, ayo!” katanya.
Aku tidak peduli. Aku telusuri terus semua titik nyerinya. Sampai kemudian wajahku berada di selangkangannya yang mulai berpeluh. Kubelai pubisnya dengan lidahku. Kubuka labia minora-nya dengan lembut, kemudian tanganku membelai perlahan labia minora-nya yang sudah mulai basah itu berkali-kali.
Kakinya kemudian menekuk dan mengangkat pinggulnya. Dimainkannya pinggulnya dengan goyangan yang berirama. Lidahku kemudian beraksi, menjilat bagian labia minora-nya, lalu naik hingga klitorisnya. Kulihat klitoris itu sudah menonjol kemerahan. Lalu, aku mengangkat pinggulnya, dan kumasukkan penisku perlahan, sambil kugoyang maju-mundur. Tante mengerang dengan tangan memegang erat pinggir kasur.
“Ayo, Raf, terus…!” katanya menyuruhku menggoyang badanku terus.
Aku menengkurapinya, lalu dengan sigap kusentakkan pinggulku sehingga penisku menghujam dalam ke vaginanya.
“Aduh, aduh… Raf, nikmat sekali,” katanya sambil memelukku.
Leher dan puting susunya terus kucium dan kujilat.
“Teruskan Raf! ayo sayang, aku sudah hampir sampai nih,” katanya.
Aku makin menyentak. Keringatku mulai bercucuran, sementara tante pun demikian pula. Rupanya tante sudah sampai ketika tiba-tiba tante memelukku dengan tangan dan kakinya erat-erat sehingga aku tidak dapat bergerak sama sekali. Di mulutnya hanya suara desah puas selama beberapa saat. Kemudian pelukannya mengendur. Tante lemas.
Aku masih penasaran, karena aku belum sampai. Kutarik perlahan penisku yang masih menegang. Kulihat penisku berkilat-kilat karena lumasan vagina tante. Kubuka selangkangan tante, ia mengerang dan menggelinjangkan pantatnya ketika vaginanya kuraba lagi. Kurangsang tante agar aku dapat mencapai orgasme. Lidahku beraksi, kugapai labia minora-nya lalu kujilat habis bagian itu, bahkan maniku yang meleleh di situ kujilat sampai habis.
Lalu, klitorisnya yang memerah itu kusedot perlahan, “Ah, emm… mmm,” ia memekik lirih.
Badannya yang mulai menggelinjang itu kemudian kutelungkupkan. Kunaiki pantatnya, lalu kutekankan penisku ke vaginanya. Kemudian terasa suatu sensasi di penisku, karena tante menutup rapat kakinya. Tanganku kemudian memeluknya dari belakang, lalu aku menciumi tengkuknya yang wangi. Tanganku terus memainkan putingnya yang mengeras itu sambil kugoyang pinggulku, perlahan mula-mula, dan kemudian kemudian makin cepat.
“Rafael, terus Raf, Tante hampir dapat lagi nih,” katanya berbisik.
Aku tidak dapat menyahut. Nafasku memburu, karena nafsuku mulai memuncak. Kurasakan nikmat menyelimutiku sampai habis, lalu rasanya itu maniku sudah menghentak-hentak hendak keluar.
“Tante, Rafael mau keluar nih,” kataku berbisik.
Ia hanya mengangguk. Kemudian dengan sekali hentakan lagi, aku merasakan suatu sensasi baru, kenikmatan yang sangat panjang, “Crot… croot… crooot…” terasa maniku menyemprot deras ke dalam vagina tante, sambil tanganku memeluknya dengan erat.
Aku hanya dapat mengerang penuh nikmat surgawi. Aku lemas di atas badan tante, lalu terlelap beberapa saat lagi.
 
BU SUTI 

Aku Memuaskan Adik Kandung Ibuku




Namaku Puji. Usiaku 16 tahun ketika kejadian bersama adik ibuku bermula. Aku sudah duduk di bangku SMA kelas 1. Tubuhku sudah menjadi lebih tinggi, yaitu sudah mencapai 165 cm. Badanku tidak kurus dan tidak besar, biasa-biasa saja layaknya tubuh remaja yang cuma getol olah raga paling banyak seminggu 2 kali.
Ketika aku masuk SMA, aku bahagia sebab, aku kebagian masuk sekolah siang. Artinya aku bisa bebas bersetubuh dengan tetanggaku yang bernama BU Suti. Bu Suti merupakan Binor seksi 50 tahun walaupun sudah punya 5 orang anak dan kini cucunya telah bertambah menjadi 3. Tingginya 158 cm, susunya 32B dengan puting panjang sebesar kelingking, serta pantatnya bulat dan bahenol sekali.
Namun, semua kurang sesuai dengan yang diharapkan. Makanya, persetubuhanku dengan Bu Suti jarang terealisasi. Sebab, adik ibuku yang berkuliah di kotaku kini tinggal bersama keluargaku. Kamarnya berada di samping kamarku. Adik ibuku ini biasa aku panggil Tante Cici. Dia orangnya baik sekali, perhatian, dan terbuka.
Aku baru tahu, kalau kuliah itu enak karena dari seminggu cuma 4 hari berkuliah, sisanya libur karena tidak ada mata kuliah. Jadi Tante Cici sering berada di rumah menemani aku dan adik kecilku yang kini usianya sudah 3 tahun untuk bermain.
Usia antara aku dan Tante Cici berbeda 7 tahun karena tante cici berumur 23 tahun. Makanya, walau baru sebentar tinggal di rumahku, aku dan tanteku cepat menjadi akrab. Tinggi badan Tante Cici lebih pendek sedikit dari Bu Suti. Mungkin 155/156cm. Tapi susunya yang bulat terlihat lebih menonjol dan lebih besar dari Bu Suti, mungkin sekitar 34C/D. Pantatnya cukup besar walau tidak sebahenol Bu Suti. Badannya sama langsingnya dengan Bu Suti. Rambut tanteku pendek sebahu sehingga lehernya begitu terlihat seksi.
Aku pernah ketika itu, nyelonong membuka pintu kamar Tante Cici karena mau meminjam cd musik. Aku kaget sebab, Tante Cici hendak berganti baju. Terlihat ia hanya mengenakan kutang hitam serta celana dalam hitam yang melekat pada tubuhnya. Pemandangan yang menggiurkan sekali. Namun, aku pun menjadi malu dan langsung menutup kembali pintu kamarnya. Tanteku yang telah selesai memakai pakaiannya ke luar dan menghampiri aku yang sedang duduk di kursi sambil menonton tv. Aku pun segera meminta maaf. Ia pun memaafkan dan berbuat seolah-olah kejadian itu tidak pernah terjadi sehingga membuatku menjadi lega.
Setiap pagi seringkali aku melihat tanteku ini menyapu dan mengepel rumah jika sedang libur kuliah atau kuliah di jam siang. Aku sering melihat dua susu montoknya itu bergelayut di balik bajunya yang berbelahan dada rendah baik pada saat sedang menyapu rumah maupun pada saat ia mengepel. Sungguh pemandangan yang indah walaupun melihat hal itu membuatku tersiksa akibat harus menahan konak dan gelora birahi.
Jika tanteku sedang menyapu atau mengepel rumah, aku sering iseng. Sengaja aku biarkan kakiku berada di lantai walaupun berkali-kali tanteku menyuruhku menaikan kaki ke atas kursi tempat aku duduk berdua bersama adikku tapi dengan sengaja aku tidak menuruti perintahnya. Hal tersebut sering membuat tanteku agak kesal walaupun tidak pernah ia marah. Malah ia sering mencubit paha jika aku sudah berbuat demikian. Sampai akhirnya ia sering mengklitiki pinggangku seusai mencubit pelan pahaku karena kenakalan dan sifat ke kanak-kanakanku.
Aku sering membalas mengklitiki pinggang tanteku sampai akhirnya kita berdua duduk sambil tertawa bersama sesudahnya. Ketika aku mengklitiki pinggangnya ia sering meronta ke sana ke mari sehingga, jari-jariku sering menyentuh susu montoknya secara tidak sengaja dan badannya sering pula berlabuh dipangkuanku akibat kegelian karena aku klitiki.
Aku sering gelisah ketika badan tanteku yang sedang aku kelitiki menindih pahaku sehingga posisi badan bagian atasnya berada dalam pangkuanku. Posisi demikian membuatku gelisah sebab, aku takut kontolku yang mengeras tegang diketahuinya.
Aku tidak pernah menyangka bahkan tidak pernah merencanakan untuk bersetubuh dengan tanteku yang tak lain adalah adik kandung ibuku sendiri. Selain seleraku lebih tertuju pada wanita tua seperti Bu Suti, aku pun menghormati ia sebagai adik ibuku. Tapi ternyata semuanya telah terjadi, aku menggauli tanteku hampir setiap ada kesempatan.
Kejadian awal bermula ketika nenekku (ibu dari ayahku yang rumahnya tak jauh dari rumahku) pergi dengan membawa serta adikku untuk berbelanja. Maka, pada pagi itu rumahku sepi hanya tinggal aku berdua dengan tanteku. Ibu dan ayahku sudah berangkat bekerja pagi-pagi.
Seperti pagi-pagi biasanya, tanteku menyapu lantai dan mengepel rumah. Aku yang duduk sambil menonton tv kembali iseng dengan tak mau menaikan kakiku. Tanteku yang menyaksikan ulahku itu langsung menyerangku.
“aduh Puji, kamu bandel ih!” ucapnya sambil mengeluarkan jurus mengklitiki pinggangku.
Aku yang mendapat serangan tak tinggal diam, aku balas mengklitiki pinggangnya. Ia tertawa kegelian sambil menggelinjang tak karuan. Akhirnya ia memeluk pinggangku erat dengan kepala berada tepat di perutku. Posisi demikian membuat kontolku yang sudah tegang dan keras tertindih oleh susunya yang montok. Sungguh membuat darahku berdesir. Birahiku menjadi naik namun masih dapat aku kendalikan.
Masih dalam posisi demikian, tanteku akhirnya menyerah dan memintaku menghentikan mengelitik pinggangnya. Aku pun berhenti. Ia kemudian melepaskan pelukannya pada pinggangku. Lalu ia bersandar di kursi sambil terengah-engah kecapean akibat dikelitiki. Tampak keringat membasahi wajahnya. Aku memang suka kepada wanita saat berkeringat. Seksi dan bercahaya.
Ia mengusap-usap lembut kepalaku sambil tetap duduk bersandar. Aku pun tak tinggal diam, aku lap keringat di wajah dan keningnya. Ia tersenyum manis melebihi biasanya. Tiba-tiba entah dorongan dari mana, aku berani mencium kening tanteku sendiri. Yang aku rasakan, secara tiba-tiba aku menjadi sayang kepada tanteku dan menjadi ingin lebih dekat dengannya.
Mendapat perlakuan demikian, tanteku tidak marah malah ia menyentuh lembut pipiku sampai akhirnya ia mencium lembut bibirku. Karena mendapat rambu tersebut, aku pun balas mencium bibirnya sampai akhirnya kita berciuman.
Awalnya memang berciuman biasa saja, tapi setelah cukup lama tiba-tiba lidah tanteku menerobos masuk ke dalam mulutku. Hal tersebut tidak aku sia-siakan untuk mengusap-usap lidahnya dengan lidahku dan mengenyot lidahnya dengan lembut. Tante Cici kemudian melingkarkan kedua tangannya melingkari leherku. Maka tanganku pun mulai berani menjamah susunya yang montok. Sambil tetap berciuman yang sudah semakin liar, aku usap memutar dan meremas-remas lembut susu tanteku.
“ssssshhhhhh eeeehhhhmmmm.” desah tanteku terasa hangat desahnya saat ia melepas bibir bawah untuk membuka mulutnya yang tak tahan untuk mendesah di tengah kesibukan berciuman liar denganku.
Aku hentikan ciuman liar. Aku cium dan jilati lehernya yang sudah basah oleh keringatnya. Tante Cici menjadi semakin bernafsu sehingga tangannya tak lagi melingkari leherku melainkan sudah meremas-remas kepala serta rambutku.
Secara perlahan, aku buka kaos putih yang dipakai tanteku. Sehingga tampak kutang hitam yang pernah aku lihat ketika aku nyelonong membuka pintu kamarnya dan mendapati ia hanya mengenakan kutang tersebut serta celana dalam berwarna hitam. Segera aku jilati bagian atas susunya yang tidak tertutup kutang. Aku hisap dan kenyot-kenyot perlahan sehingga membuat tanteku menjadi gelisah karena birahi yang semakin memuncak.
Tanteku kemudian membukakan kutangnya untuk memudahkanku bermain secara leluasa dengan susunya. Kulitnya yang putih membuat areola melingkar di tengah susunya tampak menggiurkan dengan warna coklat muda kemerah-merahan. Namun sayang, putingnya kecil sehingga hanya sedikit menonjol walaupun sudah menjadi keras di tengah susunya yang padat dan kenyal. Sungguh berbeda dengan puting susu Bu Suti yang panjang sebesar kelingking.
Aku hisap, aku jilat, aku kenyot-kenyot dengan lembut susu dan putingnya. Tanteku bergerak-gerak gelisah menandakan birahinya sudah semakin memuncak. Sampai akhirnya tangannya sudah berada di atas kontolku di luar celana pendek yang aku kenakan.
Tanteku mengusap-usap kontolku sedikit kasar. Namun, walau mendapat perlakuan demikian aku tetap liar memainkan lidah dan mulutku pada kedua susunya yang montok, kenyal, serta padat itu.
Tanteku kemudian berdiri melucuti celana pendek dan menurunkan celana dalamnya sendiri. Tampak memeknya begitu tembem tanpa ada bulu sedikitpun. “wow, seksinya!” bisikku di dalam hati.
Ia kemudian memintaku berdiri dan langsung menurunkan celana pendekku langsung dengan celana dalamnya sehingga kontolku yang sudah sangat keras menunjuk-nunjuk ke depan. Tampak ia kaget melihat kontolku yang besar dan panjang seperti Ibu Suti pernah katakan. Wajah tanteku semakin memerah tanpa berkedip melihat ke arah kontolku. Namun, tak lama setelah bengong karena ukuran kontolku, ia mulai menyentuh dan mengusap-usap lembut kontolku. Dengan lembut ia mulai memajukan wajahnya sehingga kontolku telah masuk terkulum mulutnya.
Tante Cici semakin liar bermain dengan kontolku. Ia mulai menjilati dan memaju mundurkan kepalanya. Tidak seperti Bu Suti, Tante Cici lebih mahir sehingga kontolku tidak pernah menyentuh giginya. Tak terlewatkan kepala kontolku ia kenyot-kenyot lembut sambil tangannya meremas biji pelerku secara lembut. Tampak ia begitu berpengalaman mengoral kelamin laki-laki. Sehingga muncul berbagai pikiran dalam otakku, “aneh, tanteku yang terlihat sebagai wanita baik-baik yang tidak suka keluyuran serta lugu ini begitu pandai mengoral kontol. Apa mungkin ia sering menonton film bokef? Jika begitu, tidak mungkin dari hasil menonton ketika baru mempraktekannya bisa sedemikian handalnya mengoral kontol laki-laki! Ada kemungkinan, ia sudah sering melakukan perbuatan serupa”. Segala pertanyaan mulai memenuhi kepalaku.
Melihat Tanteku sudah kelelahan, aku beranjak menuju pintu untuk mengunci pintu rumah karena khawatir ada orang yang masuk. Setelah mengunci pintu, aku suruh Tante Cici duduk sambil membuka kakinya lebar-lebar. Ia pun menuruti kemauanku.
Terlihat memeknya yang tanpa bulu dan tembem. Aku segera menjilati memeknya dengan perlahan dan lembut dari mulai liang memeknya yang kecil sampai itilnya. Hampir seluruh kulit tubuhnya menjadi merah ketika aku mulai sedikit-sedikit mempermainkan lidah dan mulutku pada memeknya.
“aaaaaaeeeeehhhhhh ssssshhhhh” desahnya sambil tubuhnya tak bisa diam bergerak kian kemari mendapat sensasi nikmat pada memeknya.
Aku coba mencolokan jari tengahku ke liang memeknya yang sudah sangat basah oleh cairan yang ke luar dari memeknya. Peret sekali dan agak sulit memasukan jariku pada liang memeknya yang kecil. Aku kocokan jari tengahku perlahan-lahan sambil mulutku mengenyot dan menjilati itilnya yang sudah sangat mengeras. Ia semakin mendesah dan mengerang sambil tangannya mencengkram agak kuat rambut serta kepalaku.
“eeeemmhhhh, ooouuuuuuhhhhh, eeessssshhhhhhh.” desah dan erangannya membuat suasana semakin birahi.
Aku terus jilat, hisap, dan kenyot itilnya dengan lembut dan terkadang dengan kenyotan kuat pada itilnya. Sedangkan jari tengahku sudah semakin leluasa mengocok liang memeknya. Perlakuan demikian berlangsung hampir 15 menit sehingga tanteku mencapai orgamsenya.
“aaaaaaaaahhhhh, ooooouuuuhhhhh jjiiiiiii!” erangannya mendapat orgasme sambil tangannya mencengkram kuat menekan kepalaku pada memeknya yang berkedut-kedut hebat sambil tubuhnya menggelinjang-gelinjang akibat orgasme yang melandanya.
Cairan orgasmenya membasahi tangan serta daguku. Perlahan kutarik jari tengah dari dalam lubang memeknya. Terdengar nafas Tante Cici masih terengah-engah. Aku pinta ia untuk nungging. Tanpa banyak basa-basi ia segera mengambil posisi nungging di atas kursi. Posisiku yang berdiri di bawah kursi menjadi lebih leluasa melakukan penetrasi kontolku ke dalam liang memeknya.
Sambil tangan kananku mencengkram pantat bulatnya yang lembut, aku arahkan kontolku menuju lubang memeknya dengan bantuan satu tangan kiriku. Cukup sulit kepala kontolku memasuki lubang memeknya yang peret. Namun, dengan dorongan agak kuat, aku dorong perlahan kontolku sampai akhirnya kontolku bisa terbenam di dalam liang memeknya dengan bantuan cairan memek dan sisa cairan orgasmenya. Memeknya mencengkram kuat dan masih agak peret ketika kontolku sudah seluruhnya terbenam. Dengan perlahan, aku mulai menggoyang-goyangkan pinggul dengan melingkar sebelum akhirnya aku maju mundurkan kontolku secara perlahan.
Akhirnya, liang memek Tante Cici sudah dapat menyesuaikan dengan kontol besar dan panjang milikku. Sehingga aku menjadi lebih leluasa memaju mundurkan kontolku di dalam liang memeknya.
“eeeemmmm jjiiiiii eeeemmmhhh enak jjjiiiii!” desah Tante Cici.
Aku semakin semangat memompa kontolku. Aku mulai menambah kecepatan sehingga bunyi “plok plok plok” menjadi semakin gencar dan keras terdengar.
“aaaahhhhhhh, aaaaaeeeeehhhhhh, ssssshhhhh, ooooouuuhhhh!” desah tanteku seiring gerakanku yang semakin cepat.
Sambil memaju mundurkan kontolku ke dalam memeknya, kini kedua tanganku ikut meremas-remas agak kuat pantat bulatnya. Terdengar desahan dan erangan tanteku semakin liar membahana. Karena nafsu birahi yang melanda kami, tak kami pedulikan suara-suara birahi ini walau akan terdengar oleh tetangga rumahku.
Tampak Tante Cici mulai menggoyang-goyangkan pantatnya. Dengan kecepatan penuh aku kocok terus memeknya dengan kontolku.
“jjjjiiiii! aku keluar! aaaaaooooouuuhhh, oooooouuuuuwwww, sssssshhhh!” erangannya saat mendapat orgasme keduanya.
Aku hentikan gerakanku, menikmati kedutan-kedutan memeknya pada kontolku yang masih terbenam kuat di dalam memeknya. Terasa kontolku pun tercengkram di dalamnya. Sungguh nikmat sekali.
Ketika gelora orgasme tanteku mereda, aku segera menelentangkan tubuh tanteku. Kemudian dengan penuh pengertian ia merentangkan kakinya lebar-lebar supaya aku lebih leluasa menusukan kontolku ke dalam lubang memeknya.
Bibir memeknya masih memerah. Dengan memandang memeknya membuatku menelan ludah sendiri. Sungguh indah memeknya. Tanpa bulu, tembem, dan merah.
Dengan mudah aku masukan kontolku. Sehingga setelah kontolku terbenam semakin dalam pada liang memeknya, aku mulai gerakan maju mundur dengan cepat. Gerakanku yang cepat membuat kedua susu montok dan kenyal tanteku bergoyang-goyang turun naik. Emh indah sekali susunya walaupun putingnya kecil dan tidak sebesar puting susu Bu Suti.
“aaaaaeeeeehhhh, eeeehhhmmmmm, oooooouuuuuhhhh!” Desah Tante Cici.
Aku terus mengocok memaju mundurkan kontol dengan cepat ke dalam liang memeknya. Terlihat mata tanteku terpejam dengan mulut menganga sambil tak henti-hentinya mengeluarkan desahan-desahan yang sangat sensual ditelingaku.
Aku raih kedua susunya yang bergoyang-goyang indah itu. Aku mulai remas-remas kedua susu montok, padat, dan kenyal tanteku itu dengan mengkombinasikan remasan lembut dan cengkraman agak kuat sambil terus memaju mundurkan kontolku dengan cepat di dalam lubang memeknya. Membuat tanteku menggelinjang-gelinjang di atas kursi dengan mata yang terus terpejam, pipi semakin merah, dan mulut menganga yang tak henti-hentinya mengeluarkan desahan serta erangan. Aku yang terus memompakan kontol dengan cepat mulai merasakan gatel dan geli pada kepala kontolku yang menandakan akan tiba orgasmeku.
“aaaaaoooouuuwwww, aaaaaaahhh, jiiii, aku keluaaaar!” erang tanteku. sambil memeluk tubuhku dengan erat.
Hampir berbarengan dengan orgasme tanteku, akhirnya aku pun mencapai orgasme. Aku cabut kontolku dari dalam lubang memeknya. Terlihat begitu banyak sperma tertumpah di atas perut tanteku.
Setelah usai kami memperoleh orgasme, aku gendong tubuh tanteku sambil berciuman kembali menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuh dari segala cairan dan lendir birahi.
Setelah tubuh kami bersih, kami pun bersantai di kursi sambil berpelukan dan berbagi cerita. Sampai akhirnya, pertanyaan-pertanyaan dikepalaku menemukan jawabannya.
Ternyata tanteku sudah tidak perawan sedari kelas 3 SMA. Awalnya pacarnya hanya sering mengajak tanteku menonton film bokef dan meminta ia melakukan oral saja. Tapi, karena oral terlalu sering yaitu hampir satu tahun maka, pacarnya meminta lebih. Tanteku menolak sampai akhirnya pacarnya memperkosanya.
Tanteku merasa hancur tapi setelah melakukan perbuatan itu, pacarnya tidak lantas meninggalkannya. Hingga akhirnya Tante Cici lama-kelamaan menjadi percaya dan yakin bahwa pacarnya orang yang setia dan tidak akan menelantarkannya. Tetapi anggapannya salah, setelah cukup sering Tante Cici ngentot dengan pacarnya, si pacar tiba-tiba pergi begitu saja meninggalkannya dan menjadi sulit dihubungi.
Aku pun terbuka kepada Tante Cici bukan hanya bercerita tentang pergaulan dengan kawan-kawan sekolahku saja, melainkan aku pun menceritakan bahwa sedari kelas 2 SMP aku sudah kehilangan keperjakaan. Aku sudah sering nonton bokef dan aku pun sering ngentot dengan Bu Suti yang tak lain adalah tetanggaku sendiri yang sering menumpang ikut ke kamar mandi rumahku.
Setelah membersihkan masing-masing kemaluan kami, dengan telanjang bulat aku mencoba menggendongnya ke kamar, dalam keadaan bugil pula. Ia ketawa cekikikan ketika kucium dadanya. Ia menggeleng manja ketika ia akan kuletakkan di tempat tidur sebelahku. Akhirnya badannya yang montok itu kutaruh perlahan di tempat tidur. Tangannya masih menggayut leherku ketika aku hendak mengambil selimut, seakan tidak ingin kehilanganku sesaatpun. Akhirnya kamipu ter tidur di kasurnya, meskipun agak sempit. Dengan kaki kanan yang menaiki perutku, ia tidur disisi kananku dengan kepala terkulai didadaku. Aku membelai rambutnya dan pikiranku menerawang, menikmati sisa-sisa persenggamaan tadi.


Beberapa saat ia menggeliat. Ia bangkit dan mengenakan kembali pakaiannya. Kurasakan tante memeluk dan menciumku mesra sekali. Disekanya keringatku yang meleleh, lalu diselimutinya badanku yang masih telanjang. Pergulatan itu memporak-porandakan kasurku, tapi aku kini merasa tidak sendiri dalam menikmati dunia ini. Tante Win, di pagi hari siap selalu mengantarkan sarapanku, dan jika suatu saat ia memerlukan kehangatan diriku, aku Rafael, boy friend-nya, selalu ada di sampingnya.




Di rumahnya hanya Bu Sutilah perempuan satu-satunya. Sebab, kedua cucunya adalah laki-laki. Kedua cucunya itu dititipkan oleh anaknya dengan alasan kalau tinggal bersama mereka di kampung tidak ada yang mengurus anaknya. Suami istri itu keduanya bekerja pagi pulang sore. Pagi itu, adikku yang masih berusia satu tahun menangis terus. Maka, walaupun belum jam 09.30 WIB (jam biasa aku mengantar adikku) aku antarkan saja adikku itu ke rumah nenekku. Ketika lewat rumah Bu Suti terlihat ia sedang menyapu halaman rumahnya. Dengan iseng sambil menggendong adikku, aku remas pantat bahenolnya. Bu Suti cemberut sambil menatapku yang berjalan sambil cengengesan. Setelah menitipkan adikku dan memberikan uang untuk jajan adikku pada nenekku. Aku segera bergegas kembali ke rumah. Aku lihat Bu Suti masih menyapu halaman rumahnya. Dengan sedikit berbisik, aku ajak Bu Suti ke rumah. Ketika Bu Suti sudah mengiyakan akan menyusul ke rumahku, aku pun segera ke rumah dengan perasaan senang dan deg degan menunggu apa yang akan terjadi sebagai pengalaman keduaku. Seperti biasa, aku lucuti seluruh pakaianku sampai telanjang bulat. Kemudian aku lilitkan handuk untuk menutup kontolku yang sudah tegang dan keras membayangkan persetubuhan yang bakal terjadi antara aku dan Bu Suti. Tak lama, pintu rumahku terbuka. Jantungku berdetak kencang sekali. Aku menjadi bingung mesti bagaimana dan mulai dari mana. Antara aku dan Bu Suti hanya saling menatap. Ku lihat Bu Suti, sesekali memandang ke arah kontolku yang sudah tegang dan mengeras di balik handuk. Tersungging senyum di wajahnya, membuat ketegangan yang aku alami berangsur- angsur menjadi lebih tenang. "ayo, Dek Puji ada perlu apa manggil ibu ke rumah?" tanya Bu Suti yang seolah senang mempermainkan perasaanku yang serba salah. "eemm ini bu. Aku boleh ngulangin kayak kemarin?" pintaku penuh harap. "idih, ibu kan sudah tua. Sudah loyo. Kalau setiap hari begituan mana sanggup!" jawabnya sambil tetap tersenyum menatapku. "ah, ibu belum juga dicoba kok sudah bilang tidak sanggup!" sergahku. "yaudah deh, tunggu sebentar ya. Ibu mau ke rumah dulu ngambil handuk biar nanti kalau udah begituan biar langsung mandi." jawabnya dengan sedikit genit. Aku menggangguk mengiyakan sambil terus menatap pantat bahenolnya ketika ia berjalan ke luar pintu rumahku. Bongkahan pantatnya itu membuatku berkali-kali menelan ludah. Betapa bahenolnya pantat Bu Suti sampai membuat hasrat birahiku naik sampai ke ubun-ubun. Sambil bersantai di kursi menunggu Bu Suti, aku mencoba mengingat segala adegan film porno yang sering aku tonton. Namun, aku pun menjadi ragu apakah Bu Suti akan mau diajak bersetubuh dengan berbagai gaya. Ketika aku mulai terlena dengan lamunanku, Bu Suti masuk rumah membawa handuk dan perlengkapan mandi. Baju warna hitam tanpa lengan dengan belahan dada rendah dan agak longgar menambah seksi penampilannya walaupun susunya ukuran kecil. Dari bawah makin membuat panas penampilannya sebab, legging cream yang dipakainya begitu mencetak setiap lekuk kaki, paha, dan pantatnya yang bahenol. Tak hanya itu, saking ketat legging yang dipakainya membuat garis memeknya tercetak dengan indah dan menggiurkan naluri kelelakianku. Bu Suti pun menawarkan diri untuk memulai persetubuhan di dalam kamarku. Tanpa banyak basa basi aku gandeng ia menuju kamarku. Di dalam kamar, tanganku mulai bergerilia menjamah setiap lekuk tubuhnya, terutama susu kecil dan pantat bahenol yang lebih sering jadi sasaran kenakalan kedua telapak tanganku. Aku elus, aku remas, aku usap, dan remas lagi susu dan pantatnya dengan halus. Bu Suti menikmati dan membalas mengelus punggungku serta kontol yang sedari tadi tegak mengacung di balik handukku. aku jilat dan kenyot halus lehernya yang jenjang. Terasa gurih keringat lehernya dilidahku yang semakin bernafsu melakukan tugasnya. Hingga akhirnya, bibirku sudah mencaplok bibirnya. Kami berpagutan dengan liar. Tak lupa, lidah kami saling kenyot saling lilit dan saling memberi jilatan-jilatan penuh gairah. Entah berapa banyak liur kami yang tertukar dan tertelan habis. Sehingga nafsu kami semakin lama semakin menjadi-jadi. Erangan demi erangan, ke luar dari mulut Bu Suti. Matanya merem melek seiring erangan yang keluar dari mulutnya. "emmmmhhhh ssshhhh deeeek puujiiii suuuussssuuuu ibbbbbuuuuu diiikenyyyyoooott yaaaa!" pintanya dengan suara bergetar sambil membuka baju dan kutang cream yang melekat di tubuhnya. Tanpa banyak bicara, aku jilat melingkar bagian hitam susunya, aku kenyot-kenyot puting hitam yang sudah mengeras. Ukuran putingnya seukuran kelingking. Sungguh menggairahkan sekali. Kedua telapak tanganku bergantian menjamah susunya. Meremas lembut. Sampai akhirnya sebelah tanganku aku arahkan ke tengah selangkangannya. Aku gesek-gesekan jari tengahku diantara memeknya sambil lidahku terus menjilati susu dan mengeyot lembut puting susunya. "eemmmm ddeeeeeeek maaaassssuuukkiiiiinnn uuuuddddaaaahhhh gaaakkk taaaahaaaann gggaaaatttteeelllll memmmmeeekkk ibbbuuuu!" pintanya sambil mengerang. Sesuai pintanya aku mulai turunkan legging cream dan celana dalamnya langsung. Tampak bulu-bulut hitam memeknya. Aku bimbing ia untuk berbaring di atas kasurku. Aku amati sebentar memeknya dan mulai mengarahkan wajahku pada memeknya. Aku jilat liang memeknya, aku kenyot-kenyot itilnya. Ia semakin menggelinjang merespon kelincahan lidah dan mulutku. Tangan Bu Suti menjambak rambutku. Ditekan- tekannya kepalaku pada memeknya sampai akhirnya kepalaku ditekannya kuat-kuat terbenam di memeknya. Terasa cairan hangat mengalir dari liang memeknya. "ssssshhhh aaaaaaaaahhhhhh keeellluaaaaarrrrr deeeeekkkk!" erangannya sambil tetap menekan kepalaku dalam-dalam pada memeknya. Dengan perlahan ia menaik turunkan pantatnya pada wajahku yang ia tekan diantara memeknya. Tampak mulai kendur cengkramannya pada kepalaku. Sehingga aku mulai menegakan badanku. Terlihat senyum Bu Suti penuh kepuasan. Aku pun tersenyum sambil mengarahkan telapak tanganku untuk meremas susunya. Aku jilat dan kenyot susunya. Bu Suti membalas mengusap-usap kepalaku dengan lembut sehingga aku merasa begitu disayanginya. Tangan Bu Suti kini menggapai kontolku dikocoknya perlahan dan mulai mengarahkannya pada lubang memeknya. Dengan perlahan tak seperti pengalaman pertamaku dengan Bu Suti, aku dorong perlahan-lahan kontolku. Terasa nikmat dan hangat lubang memeknya. Kontolku terasa dipijit di dalam memeknya. Bu Suti mulai menggoyangkan pinggulnya memutar. Kontolku terasa diempot-empot. Nikmat sekali. Aku mulai semakin membenamkan kontolku lebih dalam dengan memaju mundurkan dengan perlahan. "ssssshhh deeeekkkk leeebbbiiihhh cccceeeeeepppaaaattt eeemmmhhhh eeennnaaaakkk." pintanya sambil terus mendesah. Aku mulai menambah kecepatan gerakan kontolku. Sehingga bunyi "plok plok plok" semakin keras terdengar. Kedua tangan Bu Suti mulai meraba, meremas lembut dadaku. Aku semakin bergairah. Mempercepat kocokanku. Sampai akhrinya, terasa memeknya berkedut-kedut. "aaaaaaaahhhhhh aaaaaahhhhh ssssshhhhhhhh!" erangannya menikmati orgasme kedua sambil tangannya menahan tubuhku supaya menghentikan gerakan dalam memeknya. Peluh membanjiri tubuh kami. Ku lihat wajahnya tersenyum puas. Aku cabut kontolku dalam memeknya. Sambil berbisik ku minta ia menungging agak tinggi dengan di topang lututnya dan badan atas telungkup di kasur. Tanpa ada penolakan ia menuruti permintaanku. Dengan posisi nungging, pantat bahenolnya terlihat bulat. Aku amati liang memeknya yang semakin merekah. Dan aku mulai maju mengarahkan kontolku ke lubang memeknya. Bles kontolku terbenam di dalamnya. Dengan kontol yang sudah terbenam dalam, aku mulai atur gerakan cepat dan perlahan memaju mundurkan kontolku. Tiba-tiba muncul pikiran lain dalam otakku ketika melihat lubang duburnya. Aku jiati jari tengah tangan kiriku dengan ludah. Aku arahkan jari tersebut mengusap-usap lubang duburnya. Bu Suti semakin liar melenguh, mendesah, dan mengerang. Aku semakin liar mengocok memeknya dengan kontolku yang lincah di dalamnya. Aku coba menusuk duburnya dengan jari tengahku yang basah. Ia pun makin melenguh. "aaaaaahhhhh ssssssshhhhh ssssshhhhh." lenguhnya sambil memutar-mutar pantatnya. Tak terasa jari tengahku sudah masuk setengahnya. Suara Bu Suti mendesah dan meringis karena perih nikmat pada duburnya. Aku semakin cepat mengocok kontolku. sedangkan jari tengah di duburnya aku biarkan karena peret dan tercengkram kuat otot duburnya. Tubuh kami semakin banyak dibanjiri peluh. Bu Suti semakin cepat memutar dan menekan-nekan pantatnya. Kontolku terempot-empot di dalam memeknya sehingga aku merasakan kepala kontolku mulai gatal dan geli. Hingga akhirnya Bu Suti mendahului orgasme akibat kocokan kontolku yang brutal pada memeknya. "ssssssshh aaaaaaaaahhhh keeeellluaaaar laaaagggiiii!" lenguhannya begitu enak terdengar. Memeknya berkedut-kedut sehingga kontolku yang sudah gatal dan geli memuntahkan banyak sperma di dalam liang memeknya. Aku biarkan sperma tumpah dan terkuras habis di dalam memeknya. Sampai akhirnya badanku ambruk menindih tubuhnya dengan kontol yang masih terbenam di memeknya. Ketika sudah surut gelora yang membakar hasrat birahi. Aku cabut kontolku dari dalam memek Bu Suti. Aku rebahkan tubuhku di sampingnya. Bu Suti membalikan badannya mengarah padaku. Wajahku ia cium-cium dengan lembut. Sedangkan aku diam saja sambil terus ngos-ngosan. Tangan Bu Suti dengan lembut mengusap dadaku. Mungkin sudah 10 menit kita berbaring bersama di atas kasur. Akhirnya Bu Suti bangkit dan melilitkan handuk pada tubuhnya untuk pergi mandi. Sungguh penampilan Bu Suti walau sudah tua tapi membuatku begitu nyaman berada di sampingnya. Dengan berbekal handuk aku pun mengikuti Bu Suti ke kamar mandi. Di dalam kamar mandi kita pipis bareng sambil tanganku iseng meremas-remas susu kecil dan kendor milik Bu Suti. Bu Suti geleng-geleng kepala sambil tersenyum melihat ulahku. "udah ah, ibu capek. Nanti kamu mau lagi." katanya tanpa menghindarkan tanganku pada susunya. "iya bu, aku masih mau! soalnya aku pengen nyobain begituan di kamar mandi." jawabku sambil memperlihatkan kontolku yang sudah tegak berdiri. "tapi ibu sudah gak kuat. Kalau ibu begituan lagi ibu bisa kelelahan dan ketiduran. Mana pekerjaan ibu masih banyak di rumah." bantahnya mencoba menenangkan hasratku. "ya udah deh bu. bagaimana kalau ini ibu hisap atau dijilatin aja?" pintaku sambil mengarahkan kontolku ke arahnya. "iya deh ibu coba, tapi cuci dulu burungnya!" jawab Bu Suti. Sungguh senang sekali Bu Suti mau melakukannya. Tidak seperti kemarin ia menolak untuk menghisap kontolku. Dengan semangat aku cuci kontolku dari sisa-sisa lendir yang lengket. Setelah melap kontolku dengan handuk, aku arahkan kontolku pada mulut Bu Suti yang setia berjongkok dihadapanku. Dengan ragu-ragu ia membuka mulutnya dan mendorong kepalanya perlahan. Akhirnya, dengan perlahan kontolku masuk ke dalam mulutnya. Terasa nikmat, geli, dan hangat. Secara natural, Bu Suti mulai memaju mundurkan mulutnya. Agak ngilu ketika kepala kontolku berkali-kali mengenai giginya. "emmmhhh enaaakk bu. Tolong sambil kepala burungku dikenyot pelan-pelan bu." pintaku sambil merasakan sensasi yang baru aku alami dioral perempuan. Kontolku merasakan sensasi luar biasa. Hangat, geli, dan basah ketika berkali-kali ke luar masuk mulutnya. Apalagi Bu Suti mulai memainkan lidahnya yang terasa dingin di kulit kontolku. "emmmmhhh" rasanya seperti melayang di awang-awang. Sesekali kepala kontolku dikenyotnya pelan-pelan dan menggemaskan. uh rasanya, menenangkan jiwa. "haduh dek, leher ibu pegel. Kamu lama banget ke luarnya." keluhnya sambil tangannya mengocok-ngocok kontolku. "iya nih bu. Nikmat sih tapi kayanya aku gak akan ke luar kalau sama mulut ibu." jawabku. "aduh, terus gimana biar kamu cepet ke luar?" tanyanya dengan gemas sambil tidak berhenti mengocok kontolku. "ya, burung aku masukin ke memek ibu aja biar cepet ke luar." jawabku. "yaudah deh ayo. padahal ibu udah cape ini lutut udah gemeter kayak mau copot." ujar Bu Suti sambil nyengir. Perlahan aku duduk di lantai kamar mandi sambil bersandar pada dinding. Aku minta Bu Suti untuk naik di atas pangkuanku. Awalnya ia terlihat bingung tapi dengan sabar aku arahkan badannya supaya dia leluasa memasukan kontolku ke dalam memeknya. Sampai akhirnya ia paham dan mulai menggoyang pantatnya memutar. Terasa, cairan hangatnya mulai membasahi memeknya sehingga terasa licin dan membuat kontolku leluasa. Aku minta Bu Suti untuk mengkolaborasikan gerakan memutar, maju mundur, dan turun naik. Hasilnya, kontolku merasakan kenikmatan yang tiada duanya. Dinding memeknya terasa mencengkram dan meremas-remas kontolku. Sungguh enak sekali memek wanita tua ini. Tanganku yang sedari tadi berada di pinggangnya mulai aku naikan untuk meremas-remas susu dan memilin-milin putingnya sehingga Bu Suti mulai merem melek dan mendesah dengan penuh kenikmatan. "ehhhhmmmmm aaaaaaahhhhh aaaaaaahhh ssshhhhhhhhh." desahnya merasakan sensasi kontol dan kenakalan kedua tanganku. Aku dekatkan lidahku menjilati lehernya yang sudah basah oleh keringat. Terasa bau persenggamaan tercium hidungku membuatku semakin bergairah oleh sensasi tersebut. Emm nikmatnya. "deeeekkkk aaaahhhhhh sssshhhhh ibuuuu caaapppeeeeekk eeemmmmmhhh peeeggggeeeelll ouuuuuhhhhh." ujarnya sambil mendesah menikmati. "gantian aja bu, aku di atas. Ibu rebahan aja di lantai." jawabku. Bu Suti mulai mencabut kontolku dan merebahkan badannya di lantai sambil mengangkangkan kakinya lebar-lebar. Aku mulai menghujamkan kontolku. Dengan gerakan cepat aku kocokan kontolku keluar masuk memeknya. Bu Suti mendesah dan mengerang hebat akibat gerakan maju mundur secara cepat yang aku lakukan. Kontolku merasakan geli dan gatal. Tidak akan lama lagi aku akan mencapai orgasme, Aku semakin buas menambah kecepatan maju mundur. Sampai akhirnya, kedua telapak tangan Bu Suti mencengkram kuat punggungku. Desahannya semakin menjadi-jadi. Dan akhirnya kita sama-sama orgasme. Nafasku ngos-ngosan. Cape tapi nikmat sekali. Aku cabut kontolku yang sudah dibalut lendir dari memeknya lalu duduk bersandar pada dinding kamar mandi. Bu Suti dengan perlahan bangkit dan menggapai gayung untuk membersihkan memeknya. Pengalaman kedua bersama Bu Suti diakhiri dengan acara mandi bareng. Usai kita mandi, aku lihat jam dinding menunjukan pukul 11.38 WIB. Aku pasti kesiangan tiba di sekolah. Tak terasa sungguh, ternyata lebih dari 3 jam setengah kita habiskan untuk bersenggama memburu kenikmatan. Namun, walaupun demikian aku tak menyesal karena Bu Suti selalu memberikan kepuasan padaku dan selalu bersedia jika aku ajak ia ngentot. cerita ini merupakan kisah lanjutan jadi yang pengen tahu kisah awalnya silakan dibaca juga Akibat Sering Dililit Handuk



Mendengar pengakuanku, Tante Cici kaget awalnya. Tapi ia pun paham dengan kondisi dan keadaanku sehingga kami berjanji tidak akan membocorkan aib ini pada keluarga. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar