Udin Namaku (4)
Lima tahun sudah perpisahanu dengan Ibu Rina.
Kami tidak pernah berkomunikasi, tidak ada kabar sedikitpun. Mungkin ia
sengaja demikian dan aku juga tidak mencari jejaknya karena hanya akan
membuat perasaanku sakit. Yah, setelah 5 tahun berpisah persaanku
terhadap Bu Rina tidak hilang sehingga selama lima tahun ini juga aku
tidak berhubungan khusus atau pacaran.
Aku bisa menahan perasaan tetapi tidak
dengan birahiku. Kebiasaanku berhubungan badan dengan Bu Rina rupanya
telah mejadi candu yang selalu menginginkan terpuaskan. Mungkin selama
enam bulan syahwatku bisa tertahan namun lambat laun birahiku berontak
minta terpuaskan. Akhirnya WTS lah yang menjadi sasaran pemuas birahiku,
tida perlu hubungan khusus atau perasaan asal ada uang birahipun
terpuaskan.
Sudut-sudut kota Bandung sudah kujelajahi untuk
memuaskan birahiku. Mulai dari saritem yang terkenal, tegalega, stasiun
KA sampai ke gang-gang yang kumuh, aku sudah hapal betul tempat-tempat
yang aman untuk memuaskan birahi. Mulai yang kurus sampai yang gendut
seperti gajah, mulai ABG anak SMA sampai nenek-nenek yang banyak
kriputnya, mulai yang tarif 2 juta sampai yang 50 ribu telah aku coba
namun tak ada satu pun yang seindah seperti Ibu Rina.
Umurku sekarang sudah 29, usia yang sudah
layak untuk berumah tangga. Keluargaku selalu mendorongku untuk menikah
karena umurku yang sudah cukup dan pekerjaanku yang sudah tetap dengan
penghasilan yang lumayan. Beberapa kali mereka mencoba mencarikan calon
istri buatku namun aku selalu menolak. Bukan karena kurang cantik atau
kurang apapun, tapi aku memang tidak bisa menikah tanpa adanya perasaan.
Hingga suatu saat, ketika reuni akbar di
sekolahku dulu aku bertemu dengan seorang wanita. Risna namanya, adik
kelasku beda 2 angkatan. Aku dulu memang akrab dengan dia bahkan dekat
sekali, tapi selam itu aku hanya menganggap tak lebih sebagai adik. Dari
acara reuni itu kami saling tukar nomor telepon, kami pun lebih sering
berhubungan. Sebenarnya dari dulu aku memgetahui kalau Risna memendam
perasaan kepadaku, namun karena waktu itu aku hanya konsentrasi sekolah
maka aku selalu mengabaikan hal-hal yang seperti itu.
Risna belum menikah bahkan dari
pengakuannya dia belum pernah pacaran sama sekali. Mungkin terasa aneh
ketika wanita umur 27 tahun belum pernah pacaran, tapi itulah dia.
Setelah lulus SMA dulu dia tidak melanjutkan kuliah, tapi lebih memilih
langsung bekerja untuk mengobati sakit bapaknya dan membiayai sekolah
dua adiknya. Dua tahun yang lalu bapaknya meninggal karena sakit, dan
sekarang adik-adiknya sudah pada lulus sekolah, mungkin sudah saatnya
dia untuk mencari pasangan hidup namun sialnya justru aku lah yang
menjadi sasarannya.
Awalnya aku menolaknya, karena dari dulu
aku selalu menganggapnya adik namun akhirnya aku bersedia juga
menikahinya. Rasa sayang ada namun tidak dengan cinta. Yah, memang sudah
saatnya aku nikah dan daripada aku selalu jajan untuk memuaskan
birahiku lebih baik aku nikah. Dua bulan setelah reuni kami melaksanakan
pernikahan. Pernikahan yang ala kadarnya tanpa pesta yang mewah karena
tanpa ada persiapan.
Setelah menikah aku
tinggal di rumah orang tua Risna. Aku sebenarnya menginginkan tinggal
berpisah namun Risna menolaknya. Kedua adik Risna sekarang sudah bekerja di Batam dan Jakarta makanya Risna tetap menginginkan tingal di situ untuk menemani ibunya.
Setelah tiga bulan menikah suatu hal yang
aneh terjadi. Waktu itu hari sabtu, hari libur bagiku karena aku hanya
kerja dari senin sampai jumat tetapi tidak dengan istriku Risna yang
bekerja di pabrik garment. Pagi itu setelah istriku pergi aku hanya
menghabiskan waktu luangku di kamar sambil mendengarkan musik dan
tiduran.
“Libur yah A?” tanpa disadari mertuaku
sudah ada di pintu kamar yang memang tidak tertutup. Risna anak pertama
sehingga di keluarga dipanggil Teteh makanya aku juga ikutan dipanggil
Aa.
“Oh, iya mah…” aku sedikit kaget.
“Tetehnya dah pergi?”
“Udah mah, barusan aja…”
“Owh.. mamah tadi abis senam ngerumpi dulu sih sama ibu-ibu jadi ga tau perginya… Aa hari ini ga kemana-mana?”
“Ngga mah, mang ada apa yah?” tanyaku
“Ah
ngga, cuma mau ngobrol aja” tiba-tiba mertuaku masuk dan duduk di kasur
di sebelahku. “Aa kapan atuh mau ngasih mamah cucu, mamah kan dah
pengen ngegendong cucu nih” lanjutnya.
“Belum dikasih aja mah, kami juga sedang berusaha ko’”
“Mainnya kurang benar kali A”
“Main apanya sih mah” aku sudah tahu kalau mertuaku sudah menjurus ke seks, tapi aku pura-pura tidak tahu arah pembiacaraannya.
“Coba
mamah lihat apa Aa mainnya dah benar apa belum” Aku terkaget tiba-tiba
menrtuaku berdiri dan membuka bajunya sampai bugil. Mertuaku umurnya
sekitar 50 tahunan , badannya sudah melar namun tak nampak lemak yang
bergelambir. Meski melar tubuhnya terlihat masih pada kencang mungkin
karena rajin senam. “Ayo donk A…”
“Ah ngga
mah, ntar Risna gimana…” Meskipun penisku udah menegang melihat mertuaku
telanjang aku coba untuk menolaknya, bagaimanapun aku sudah berjanji
pada diriku sendiri tidak akan menghianati Risna.
“Udah…
Teteh mah tenang aja ah A…” Melihatku hanya melongo mertuaku langsung
membuka celanaku dan langsung mengulum penisku yang sudah tegang.
“Udah
mah.. jangaaaaaann…” mulutku berucap tolakan, namun tidak dengan
penisku, kuluman mertuaku begitu nikmat terasa, lebih nikmat daripada
kuluman Risna istriku, mungkin karena lebih berpengalaman.
Aku pun terhanyut dalam kuluman ibu
mertuaku, tak ada niat lagi tuk menolak atau berontak. Lidah ibu
mertuaku lincah megenai titik sensitifku.
“Gantian yah A..” tanpa memberi kesempatan
menjawab ibu mertuaku langsung naik dan menindih wajahku dengan
selangkangannya. Vaginanya langsung menghujam wajahku, namun tidak
seperti yang kubayangkan, ternyata vaginanya tidak terlalu bau, bahkan
nyaris tak berbau hanya bau daun sirih yang kucium. Dibandingkan dengan
ibu mertuaku ini vagina Risna istriku ternyata lebih bau, sekali
pengalaman membedakan.
Lidahku pun bergoyang di vagina ibu mertuaku, saat klitorisnya kumainkan terdengar desahan nikmat.
“Hmmm… pintar juga nih Aa..” Ibu mertuaku turun dari atasku.. “Kalau punya Teteh suka dijilatin juga ga A..” lanjutnya.
“Ga
pernah mau Risna nya mah..” Duh, kepikiran lagi istriku Risna.. maafkan
Aa ya. Mungkin mamahmu ini udah edan. Udah dua tahun ga ngerasain
makanya jadi haus banget, tapi ga bisa kupungkiri juga dia memang hot,
aku lebih horny dengan mamah kamu dibanding kamu.. Ucapku dalam hati.
“Hok, sekarang masukin punya Aa ke mamah..” mertuaku langsung tidur mengangkang.
Kali
ini aku tak berpikir panjang, kuhujamkan penisku yang sudah mengeras ke
vagina ibu mertuaku. Perlahan-lahan ku kocok dan dengan berirama
kocokanku kian cepat.
“Hmmm… dah bagus ritmenya A.. terussshhh A..”
Tak
lama kemudian nampaknya ibu mertuaku mencapai orgasme, tubuhku dipeluk
eratnya dan kukunya terasa mencengkram kulit punggungku.
“AAhhh… mamah keluar A…” ucapnya.
Untuk sesaat akupun berhenti
“Sekarang mamah yang di atas yah A” ucapnya lagi, aku pun hanya mengangguk mengiyakannya.
Aku
terlentang, ibu mertuaku langsung menaikiku dan memasukan penisku ke
vaginanya. Mertuaku hanya diam, tidak bergoyang, namun kurasakan
vaginanya meremas-remas penisku. Sungguh nikmat.
“Gimana A, enak ga??” Tanya mertuaku.
“Iyaahh.. mah…”
“Teteh mah belum bisa nih kaya gini, harus senam khusus dulu…”
Mertuaku lalu bergoyang naik turun,
tangannnya menuntun tanganku untuk meremas payudaranya yang sudah agak
kendur. Sesekali putingnya yang kecoklatan aku mainin da pada saat itu
juga desahan dari bibir mertuaku terlontar. Setelah beberapa lama
goyangan erotis mertuaku akhirnya mencapai puncak orgasme yang kedua.
Kurasakan selankangannya menjepit pinggulku dan dari dalam vaginanya
mengejang, mengeras mencengkram kuat..
“Aaahhh… Aaahh.. mamah keluar lagi… Aa juga keluarin…”
“Eh, iyah mah…” jawabku sambil menikmati jepitan vaginanya.
Beberapa saat kemudian dengan posisi yang
masih sama mertuaku kembali bergoyang. Kali ini goyangannya memutar.
Kurasakan sensasi yang berbeda dari goyangannya. Penisku terasa
dimanjakan dan terkena pada titik sensitifnya. Makin cepat goyangannya
makin tak bisa aku tahan.
“Aku mau keluar mah…”
“Keluarin aja A…” jawab mertuaku.
“Dimana mah..??” aku ragu untuk menembakan sperma di dalam vagina mertuaku.
“Yah di dalam aja A…”
“Gapapa nih mah…”
“Gapapa A, biar nikmat…”
Kulepaskan cairan sperma yang dari tadi
kutahan. Lima kali muncratan aku rasa spermaku menghujam vagina
mertuaku. Setelah selesai muncratannya mertuaku langsung mengeluarkan
penisku dari vaginanya dan turun dari atasku.
“Ternyata Aa udah hebat mainnya..” ucap mertuaku. “Ya udah mamah mandi dulu yah A”.
Mertuku langsung meninggalkan kamar dengan
masih keadaan telanjang. Ditentengnya baju senam yang tadi berserakan di
lantai. Aku tidak sempat membalas ucapan mertuaku karena aku masih
sibuk mengatur nafas. Pikiranku melayang membayangkan apa yang telah
terjadi. Kepuasan yang begitu hebat. Ingin aku menyusul mertuaku ke
kamar mandi dan mengulangi yang telah kami lakukan. Tapi saat itu juga
aku terbayang wajah Risna istriku. Tidak cukup kali ini, aku ku ga boleh
mengulangi lagi. Ucapku dalam hati.
Setelah mertuaku selesai mandi aku segera
mandi pula. Setelah selesai mandi aku langsung keluar menyalakan motor.
Aku bilang ke mertuaku kalau aku mau servis motor sekalian jemput
istriku. Padahal tidak ada rencana pada hari itu aku servis motor, namun
aku tak bisa berduan dalam satu rumah dengan mertuaku yang edan itu.
Bisa bisa nanti aku ditidurin lagi. Memang nikmat dan memuaskan tapi aku
tak tega menghianati istriku.
Rupanya terlalu lama servis motornya
sehingga aku terlambat menjemput istriku yang memang hanya setengah hari
kerjanya. Setelah aku telepon istriku ternyata istriku sudah pulang
duluan dan berada di rumah, saat itu juga aku putuskan kembali ke rumah.
Setiba di rumah kudapati isriku dan
mertuaku sedang mengobrol di depan tv. Aku hanya menyapa mereka dan
langsung menuju kamar. Aku sengaja tidak ikut mengobrol karena masih
terbayang apa yang telah aku lakukan bersama mertuaku tadi. Aku tidak
bisa membayangkan seandainya istriku tahu apa yang telah aku dan
mertuaku lakukan. Tidak beberapa lama aku sampai kamar isriku langsung
menyusulku ke kamar.
“Udah makan A..?” istriku menyapa.
“Belum, ntar aja ah Ris belum lapar…” nafsu makan ku seolah hilang
“Tadi sama mamah gimana A..?”
Dug.
Pertanyaan itu terasa tajam. Apakah istriku sudah tahu? Apa yang akan
dikatakan istriku nanti. Baru 3 bulan nikah aku sudah selingkuh, dengan
ibunya dia sendiri lagi.
“Aa…?”
Aku merarik nafas dalam-dalam.
“Maafin Aa Ris… Aa ga bermaksud, tapi mamah yang” belum selesai kalimatku, istriku langsung memotongnya.
“Aa kenapa sih, kan risna yang menyuruh mamah..” ucapnya.
“Maksudnya??” Aku terkaget dan juga bingung dengan ucapannya.
“Iyah, mang Risna yang nyuruh mamah buat main ma Aa.”
Aku semakin bingung dengan ucapanya, apakah istriku mau ngetest kesetian aku. Kalau memang iya berarti sudah gagalah aku.
“Gimana Aa teh puas main ma mamah?”
“Emang maksud Risna tuh apa sih?” Nadaku agak meninggi.
“Aa
marah yah?” Pertanyaannya semakin membuat aku bingung, kenapa harus aku
yang marah seharusnya kan Risna yang marah karena aku telah
berselingkuh dengan ibunya.
“Risna selama
ini ngerasa belum bisa muasin Aa.” Lanjutnya. “Risna udah belajar ma
mamah, semua yang mamah ajarin juga udah Risna praktekin tapi tetep aja
Risna masih belum ngerasa Aa belum terpuaskan. Mamah juga
katanya bingung mau ngajarin Risna apalalgi soalnya mamah sendiri belum
tahu Aa sukanya kaya gimana, makanya Risna nyuruh mamah nyobain main ma
Aa.”
Gila ! ! Ibu dan anak sama edannya. Aku
selama ini memang suka kikuk kalau sedang bercinta dengan istriku Risna
karena selama ini aku biasa bermain dengan wanita-wanita yang sudah
berpengalaman. Tapi apa selama ini Risna ga sayang ma aku sehingga dia
tidak cemburu sama sekali aku bercinta dengan orang lain.
“Sebenarnya Risna sayang ga sama Aa?” Aku bertanya penasaran.
“Ya sayang atuh A..” Jawabnya singkat.
“Tapi kamu kenapa ga cemburu Aa bercinta dengan orang lain.”
“Ai
Aa orang lain siapa, itu kan mamah Risna sendiri, ngapain juga pake
cemburu, kalau Aa mainnya sama orang lain baru Risna cemburu.”
“Mang tadi mamah bilang apa aja ma Risna?”
“Ya bilang yang Aa suka seperti apa, sukanya diapain… mau praktekin sekarang A?”
“Ayo” jawabku singkat.
Risna langsung membuka celanaku dan
mengeluarkan penisku. Dihisapnya penisku secara perlahan, memang
hisapanya berbeda dari biasanya namun masih tetap lebih nikmat ibunya.
Setelah penisku cukup kerasa aku menyuruh istriku berhenti mengulumnya.
Lalu aku menelanjangi istriku dan bersiap untuk merangsangnya. Kulumat
mulut istriku, sambil kuremas-remas payudaranya. Payudara istriku memang
tidak terlalu besar dibandingkan ibunya, mungkun hanya ukuran 34B
tetapi masih kencang dan kenyal saat diremas. Lalu aku bukakan kakinya
sehingga mengangkang dan hendak kujilati vaginanya. Namun ketika lidahku
hendak menyentuh vaginanya istriku menolaknya.
“Jangan dijilatin yah A… linu, langsung masukin aja yah…”
“Yah.. Aa kan pengen ngerasain say..” jawabku kecewa.
Saat itu juga terdengar suara ketukan pintu kamarku..
“Teh… Teteh… Chargeran HP mamah yang dipinjam teteh dimana…?” tenyata mertuaku
“Nih di meja mah.. mamah ambil aja sendiri teteh lagi nangung nih, pintunya ga dikunci ko’” Jawab istriku.
Aku melirik pada istriku menandakan protes
terhadap istriku yang malah menyuruh masuk pada ibunya saat aku dan
istriku dalam keadaan telanjang.
“Gapapa atuh A.. kan mamah juga dah pernah
liat Aa telanjang… iya kan mah..?” Jawab istriku sambil melirik mertuaku
yang sudah masuk ke dalam kamar. “Oh iyah mah, gimana sih caranya biar
kalau dijilatin ga linu?” lanjut istriku lagi.
“Ya tetehnya rileks atuh nyantai, jangan ditahan nikmati aja..” Jawab mertuaku lagi.
“Hok A,cobain lagi yah..” Pinta istriku padaku.
Duh,
kacau nih dalam pikirku. Tiba-tiba mood ku hilang dengan masuknya
mertuaku itu. Tapi yah tanggung, kasihan juga istriku kalau sampai tak
jadi main. Lalu aku coba jilatin lagi vagina istriku, namun masih sama.
Ketika lidahku menyentuh vagina, kaki istriku langsung merapat karena
linu.
“Duh, teteh mah.. nih lihat mamah..”
nampaknya mertuaku gemas dan langsung membuka celana dalam dan
mengangkatkan dasternya. Mertaku lalu berbaring dan mengangkan kakinya.
“Coba A punya mamah jilatin..” lanjutnya lagi.
Aku agak sedikit ragu, lalu kulirik istriku…
“Gapapa Ris??”
“Iyah gapapa atuh A, kan Risna juga pengen tahu” Jawab istriku.
Aku lalu berpindah ke vagina ibu mertuaku.
Memang vagina mertuaku sudah berkerut dan bibir vaginanya sudah
bergelambir coklat berbeda sekali dengan vagina istriku yang masih mulus
kencang tidak bergelambir. Namun dari aromanya vagina mertuaku lebih
nikmat dari vagina istriku yang berbau pekat. Aku mulai nenjilati bagian
luar vagina mertuaku, bibir vagina yang bergelambirnya kuhisap-hisap.
Mertuaku mulai mendesah sedangkan istriku memperhatikan secara seksama
di samping ku.
“Nih teh, kaya gini… nyantai ajaaaahhh..” kata metuaku sambil mendesah.
Lalu aku jilati klitorisnya yang menyembul.
Desahan mertuaku semakin menjadi. Saat itu juga istriku menarik tangan
kiriku dan menempelkanya di vagianya untuk kumainin. Aku tak berhenti
menjilati vagina mertuaku dan tanganku juga aktif di vaginaku. Sekarang
istriku pun mulai mendesah.
“Dah ah A, tuh jilati punya teteh” kata mertuaku sambil beranjak mau pergi.
Aku pun menghentikan jilatan di vagina mertuaku.
“Mamah mau kemana, jangan pergi dulu atuh mah..” Istriku mencegah mertuaku pergi.
“Ya udah Teteh terusin aja.. Nanti mamah malah jadi pengen…” jawab mertuaku.
“Ajarin Teteh lagi atuh mah, kalau pengen mah ntar sekalian dimasukin sama Aa.. Mau kan A?” istriku melirik aku.
“Yah gimana Risna ma mamah nya aja..” Kataku.
“Ya sudah, tuh terusin dulu jilatin punya Tetehnya yah A..”
Aku pun bersiap kembali menjilati vagina istriku yang dari tadi sudah mengangkang.
“Pelan-pelan yah A..” kata istriku.
Perlahan mulai kujilati vagina istriku.
Pertama-tama aku jilati bulu-bulu vaginanya, lalu bagian luar secara
perlahan. Istriku mulai menikmati dan mengeluarkan desahannya. Kemudian
kulanjutkan dengan bagian dalam vaginanya, perlahan-lahan klitorisnya
kujilati. Saat klitorisnya kuhisap isrtiku seperti terhentak kaget
sambil memegangi tangan ibu mertuaku yang sudah ada disampingnya.
“Linnuuuu Aa…. “ erang istriku. “Udah yah A…” pinta istriku.
Aku pun berhenti menjilati vagina istriku,
lalu aku berganti ke payudara istriku. Kujilati puting kanan
payudaranya, dan tanganku meremas payudara yang sebelah kirinya. Istriku
sangat menikmati, desahannya semakin mengencang. Pada saat itu juga
tiba-tiba penisku terasa hangat. Rupanya penisku sudah berada di mulut
mertuaku yang masih menggunakan daster itu. Sungguh nikmat.
Melihat aku yang sedang menikmati kuluman
mertuaku, istriku langsung bangun dan menyuruhku terlentang. Istriku
memperhatikan secara detail kuluman mertuaku terhadap penisku. Melihat
istriku yang memperhatikannya, mertuaku menyuruh istriku menggantikannya
mengulam penisku. Kemudian dia membuka daster dan BH nya sehingga
telanjang bulat. Didekatkannya putting payudara yang sudah agak
mengendurnya ke mulutku. Tanpa bertanya lagi aku langsung mengshisap
putting mertuaku itu.
“Masukin Ris.. masukin..” Aku sudah tidak tahan dengan kulumannya, kusuruh istriku untuk memasukan penisku ke vaginanya.
Istriku pun langsung menaikiku dan
memasukan penisku ke vaginanya. Perlahan-lahan dia bergoyang, sedangkan
mulutku masih menghisap putting mertuaku. Tanpa kusadari tangan mertuaku
memegangi pinggul istriku, memberikan arahan dalam bergoyang.
“Nah gitu teh… enak kan…??” kata mertuaku sambil memberi arahan goyangan memutar pada istriku.
“Iyah
mah… ahhh… Teteh mau keluar mah…. Aaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhh…” seketika
itu vagina istriku mencengkram, tubuhnya mengejang. Istriku sudah
orgasme. Lalu istriku menghentikan goyangannya dan mengatur nafasnya.
“Gantian mamah yah…”
Istriku
turun dari atasku sambil menarik mertuaku untuk menggantikan posisinya.
Namun saat mertuaku hendak naik aku menolaknya. Aku tahu kalau mertuaku
sudah bergoyang di atas aku pasti cepat keluar.
“Mamah di bawah dulu yah..”
Kataku
sambil mendekap mertuaku dan meletakannya dalam posisi terlentang.
Kumasukan penisku ke vagina mertuaku, kudekap erat sambil kuciumi
mulutnya. Kugoyang terus sambil terus kuciumi mertuaku. Kuciumi lehernya
dan kucupang sampai memerah.
“Aaahhhh… Aa terus A… iyah.. enak banget…” ucapan itu keluar dari mulut mertuaku.
Mendengar
desahannya, semakin kupercepan kocokan penisku pada vagina nya. Dan
beberapa saat kemudian tubuhnya mengejang, tangannya memeluku kencang,
dan vaginanya mencengkram keras…
“Aa… mamah keluar… hah.. hah.. hah… hah… “ nafas mertuaku masih terputus-putus.
Sebenarnya saat tadi juga aku hendak keluar, namun kucoba tahan.
“Teh, sama teteh lagi nih..” kata metuaku.
“Ga ah mah, teteh masih linu… sama mamah aja yah… Gapapa kan A?” istriku bertanya padaku.
Aku juga sebenarnya lebih menikmati mertuaku dibanding istriku, mungkin karena lebih berpengalaman.
“Ya udah yah, tapi mamah yang di atas yah..” aku mengiyakan.
Kami pun bertukar posisi, sekarang mertuaku
yang berada di atas. Pada saat penisku menancap di vaginanya mertuaku
tidak langsung menggoyang. Tapi justru ini yang paling aku suka. Saat
penis terasa dicengkram-cengkram oleh dinding vagina.
“Enaaaakk mah….” Gumamku.
“Ntar teteh ajarin yang itu yah mah…” kata istriku..
“Iyah.. ntar mamah ajarin..” kata mertuaku dengan senyum bangga.
Tak lama kemudian mertuaku mulai bergoyang.
Payudaranya yang sudah menggelantung terlihat naik turun sesuai irama.
Dan seperti yang sudah aku kira kalau aku tak kuat lama kalau mertuaku
yang di atas…
“Nikmat mah.. mau keluar nih… “
“Keluarin ajah Aa.. “ jawab mertuaku.
Kugenggam tangan istriku yang berada di
sampingku, dan tak lama kemudian kurasakan nikmat yang terkira. Air mani
pun keluar dari penisku menghujam vagina mertuaku..
Crot.. crot.. crot.. crot..
“Arrrgghhhh……”
Setelah selesai aku keluar mertuaku
langsung turun dan meninggalkan kamar dan masih juga dalam keadaan
telanjang. Sekarang tinggallah aku dan istriku. Kubelai rambut istriku.
Meskipun terasa gila tapi kurasakan aku semakin sayang istriku Risna.
“Riss…”
“Iyah A…”
“Ko’ bisa yah kamu berbagi seperti itu?” tanyaku yang masih heran.
“Risna
sama mamah mah dari dulu juga memang dekat banget. Apa-apa suka berdua,
pergi kemana-mana berdua, tidur berdua, bahkan mandi juga kadang suka
berdua sama mamah. Makanya kalau Aa main sama mamah ya udah ga masalah
buat Risna mah.” Jawabnya.
“Jadi Risna juga berbagi suami sama mamah?”
“Ya
engga atuh A.. Aa tuh suaminya Risna, trus kalau mamah ya tetep aja
mertuanya Aa. Ini kan cuma masalah seks aja A. Risna juga kasihan sama
mamah, semenjak bapak sakit sampai meninggalnya mamah tuh ga pernah
berhubungan badan gitu palingan cuma masturbasi sendiri. Terus kan nanti
kalau Risna lagi mens atau sehabis ngelahirkan ga bisa main jadi kalau
Aa mau tinggal main sama mamah, Risna kan ga mau Aa jajan atau nyari di
luar.”
Jawaban istriku begitu datar seperti yang
biasa, padahal bagiku ini hal yang aneh dan juga begitu gila. Tapi yah
kalau boleh jujur aku ngerasa lebih puas dengan mertuaku yang lebih
berpengalaman.
Setelah saat itu kami sering bermain
bertiga, bahkan tak jarang kalau istriku sedang kerja aku bermain dengan
mertuaku tapi dengan sepengetahuan istriku. Sekarang aku sudah 5 tahun
menikan dan sudah dikarunia seorang anak. Sampai saat ini juga aku masih
suka berhubungan badan dengan mertuaku, apalagi kalau istriku sedang
datang bulan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar